Dok Pribadi |
Tiba-tiba salah seorang teman kami yang bertugas memegang peta memanggil kami dan mulai membriefing terkait medan yang akan dihadapi, “Gank, kita akan dihadapkan dengan air terjun yang lebih tinggi lagi". Seorang teman kami menyela, "memangnya kamu pernah kesini?". Dijawab, "Belum. Lihat saja kerapatan konturnya. Sekarang saja yang konturnya renggang air terjunnya sudah diatas 3 meter, apalagi di atas yang konturnya begitu rapat sampai bersatu. Nanti kalau kita ketemu air terjun yang tinggi, kita melipir ke lereng. Hati-hati disini medannya kadang berupa batuan lepas dan curam”.
Cerita diatas memberikan informasi kepada kita terkait beberapa hal diantaranya :
- Sungai berada di titik terendah gunung yang diapit oleh dua punggung gunung. Para instruktur navigasi darat sering mengibaratkan dengan V terbalik ( ) yang artinya medan diatas sempit dan semakin melebar kebawah.
- Medan sungai memiliki undakan-undakan yang dipengaruhi oleh bentukan punggungan disekitarnya, terkadang undakan itu meiliki ketinggian dan berupa patahan yang menjadi medan berupa air terjun.
- Jika kita akan melakukan penyusuran sungai di medan gunung, maka kita harus menyusur dari hilir ke hulu. Kecuali kita memang sudah memiliki data lengkap yang memberikan informasi keamanan untuk melakukan penyusuran dari hulu ke hilir.
- Medan lereng berupa medan yang curam
- Medan lereng memiliki variasi medan, terkadang berupa tanah yang berlumpur, batu yang solid, batuan lepas dan memiliki kerapatan vegetasi berduri.
Saya akan coba mengupas isi nasehat tersebut.
1. Secara alamiah, sungai akan mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Maka nasehat tersebut ada benarnya yang memberikan gambaran bahwa sungai akan mengantarkan ke kampung di bawah pegunungan.
2. Mungkin nasehat itu diberikan oleh seseorang kepada seseorang yang berada di batas vegetasi yang berupa ladang yang secara umum kondisi sungainya bisa teranalisa. Agar tidak terkecoh oleh pagar pembatas kebun atau ladang, maka mengikuti sungai yang secara umum memiliki tanggul tidak berpagar bisa menjadi pilihan.
3. Nasehat ini berlaku di medan yang kita kenali
4. Nasehat ini berlaku di medan dataran rendah seperti hutan, namun tidak berlaku di gunung yang memiliki variasi ketinggian
5. Nasehat ini keluar dari orang yang tidak paham/tidak menggunakan peta kepada yang tidak paham/tidak menggunakan peta pula.
Secara pribadi saya termasuk orang yang cukup lama berpandu kepada nasehat diatas. Pertama kali saya mendengar nasehat itu ketika saya masih SD. Saya bersama teman-teman di kampung pergi bermain ke sebuah bukit dan kami lupa jalan pulang. Kami bertanya ke pencari rumput lalu bapak itu bilang ikuti sungai saja biar kalian tidak salah jalan, nanti juga kalian akan sampai ke kampung. Saya memegang nasehat itu sampai akhirnya saya mendapatkan nasehat lain di Wanadri, “Jika kita tersesat di gunung hutan, maka carilah tempat tertinggi agar kita bisa orientasi dan menentukan posisi di peta”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar