Senin, 16 Januari 2017

Berlatih Sebelum Mendaki

Argopuro adalah pegunungan yang memiliki jalur pendakian yang cukup panjang, bagi yang bergerak cepat mereka membutuhkan waktu kurang dari 48 jam, sedangkan bagi yang berjalan santai tanpa porter,biasanya membutuhkan wakru 3-5 hari.
alam, bebas, bushcraft, carstensz, gps, gunung, hutan, imosa indonesia mountain specialist, Knowledge, kompas, navigasi, Perjalanan, Peta, ploting, prinsip, prosedur, survival, terbuka, trekking,
Foto Tim Kanisius


Foto Tim Kanisius



Beberapa teman dari alumni Kanisius, mereka merencanakan akan melakukan pendakian ke G Argopuro. Beberapa bulan sebelum pendakian, mereka mengabarkan ingin berlatih navigasi darat dan dasar survival terlebih dahulu untuk menambah jam terbang pendakian dan peningkatan kemampuan.
Foto Tim Kanisius
Padahal,sebelumnya mereka telah beberapa kali mendaki gunung tinggi di Indonesia, keseringannya mereka mendaki secara mandiri tanpa melibatkan jasa pemanduan. Mungkin mereka memiliki asumsi lain tentang G Argopuro, sebab dibeberapa data yang diunggah di internet, G Argopuro memang memiliki keunikan sendiri, baik tentang lintasan yang panjang, seringnya orang tersesat dan medan yang cukup bervariasi. Apalagi teman-teman dari Alumni Kanisius merencanakan akan mendaki di akhir tahun, yang menurut beberapa informasi cuaca seringkali hujan disertai angin kencang.
Sehingga untuk alasan keamanan dan kenyamanan dalam pendakian, mereka ingin meningkatkan keterampilan dengan berlatih terlebih dahulu. Ya...memang begitu seharusnya, kita mesti sadar akan kondisi agar kita tahu kelemahan dan kekuatan yang dimiliki.
Kami (Imosa Atma Persada) mendapatkan kesempatan untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan teman-teman alumni Kanisius. Kami memilih lokasi di daerah Rancaupas, Ciwidey. Lokasi ini kami pilih karena memiliki medan yang cocok untuk aplikasi navigasi darat dan berlatih dasar survival.
Kegiatan dibagi menjadi beberapa sesi.
Sesi 1, peserta diberikan pengatar navigasi darat dan dilanjutkan praktek navigasi peta kompas dan aplikasi peta kompas dan gps. Disepanjang perjalanan teman-teman alumni kanisius pun dikenalkan dengan berbagai jenis tumbuhan yang bermanfaat yang ditemui dilintasan. Diantara tumbuhan yang ditemukan ada begonia, congkok, saninten, pakis bulu manuk, rumput-rumputan dan buah dati pohon ficus. Kami juga diuntungkan karena menemukan beberapa jejak binatang seperti babi hutan dan macan kumbang.
Foto Tim Kanisius
Sesi 2, peserta dikenalkan dengan membuat perlindungan dari flysheet, menurut pengakuan mereka, ini kali pertama mereka pakai flysheet, kecuali Mas Nino dan anaknya.
Sesi 3, peserta dikenalkan dengan membuat perapian menggunakan fire starter dan lilin, saat praktek mereka harus berusaha mencari kayu sendiri.
Sesi 4, praktek membuat perlindungan alam menggunakan bahan-bahan yang ada disekitar lokasi.
Foto Tim Kanisius

Sesi 5, mencari dan mengolah tumbuhan survival, karena sebelumnya sudah diajarkan cara membuat api, maka pengolahan tumbuhan survival pun harus dimasak diatas perapian (api unggun), setelah masak, seluruh peserta diharuskan mencoba agar tahu dan punya pengalaman makan tumbuhan survival.
Foto Imosa

Dua hari memanag waktu yang singkat untuk berlatih, namun hal itu kami yakini tetap memiliki manfaat, apalagi jika semua materi mampu diserap dan terus dilatih sehingga akan menjadi sebuah kebiasaan yang membekas.
Saya gembira, karena saat pendakian teman-teman alumni Kanisius mempraktekan apa yang telah dilatihkan, mereka membawa 2 peta, kompas dan beberapa aplikasi gps diperalatan yang berbeda, mereka juga mengabarkan mempraktekan apa yang dilatihkan, seperti lebih waspada dalam membuat perlindungan, selalu mengecek posisi dipeta dan memperhatikan faktor-faktor keamanan lainnya.

Semoga kebiasan baik seperti ini terus menyebar, sehingga bisa mengurangi potensi kecelakaan di gunung.
Foto Imosa




Tidak ada komentar:

Posting Komentar