Kamis, 19 Januari 2017

Pendakian Gunung Merbabu Via Selo

Mendaki adalah hobi yang terus saya kembangkan, mendaki adalah refleksi jiwa dan fisik menuju yang lebih baik. Ketika mendapat tugas untuk mendaki maka perasan gembira pun selalu muncul pada diri saya. Minggu ke dua dibulan Januari 2017, saya mendapat tugas mendaki ke G. Merbabu dalam sebuah kegiatan tes tour yang diselenggarakan oleh Indecon.

alam, bebas, bushcraft, carstensz, gps, gunung, hutan, imosa indonesia mountain specialist, Knowledge, kompas, navigasi, Perjalanan, Peta, ploting, prinsip, prosedur, survival, terbuka, trekking,



Sebelum mendaki kami dibawa berkeliling objek wisata yang berada di sekitar Selo, Boyolali. Selo dipilih menjadi jalur pendakian kami ke G. Merbabu, sebab tujuan pendakian kami adalah dalam rangkaian mengenalkan homestay yang berada di Desa Samiran yang berada diantara 2 Gunung (Merapi dan Merbabu).

Pada pendakian kali ini kami berperan menjadi tamu dan akan dipandu oleh pemandu lokal yang menjadi mitra koperasi. Sebelum pendakian kami dipertemukan dengan pemandu, kemudian kami berdiskusi terkait rencana pendakian. Kami sepakat akan mendaki dimalam hari melalui jalur Base Camp dan turun melalui jalur Gancik.

Jam 19:00 kami berkumpul di depan koperasi Damandiri. Darisana kami diantar menggunakan ojeg motor hingga ke Basecamp/Kantor Taman Nasional. Setelah dibantu pengurusan ijin oleh pihak koperasi, kami melanjutkan perjalanan dibawah pemanduan pimpinan pemandu lokal. Kami mulai mendaki jam 20:15, pemandu yang biasa disapa Mbah umurnya udah diatas kepala enam, namun dia biasa berjalan dengan cukup cepat, sementara kami berjalan santai, sehingga sering terdengar terikan "alon-alon Mbah" untuk mengingatkan Si Mbah agar tidak terlalu cepat.


Perjalanan dari Basecamp ke Sabana 1 kami tempuh dalam waktu 2 jam dengan 2 kali istirahat. Di Sabana 1, kami menyempatakan diri untuk makan malam, sebab ada beberapa teman yang belum makan. 

Dari Sabana 1 ke Puncak Merbabu kami tempuh kurang lebih 2,5 jam. Kami mendirikan 2 tenda di areal sebelah tenggara puncak. Malam itu angin bertiup begitu kencang disertai udara yang dingin, kami pun bergegas tidur agar bisa bangun subuh untuk mendapatkan sunrise. 


Jam 05:00 saya bangun dan menunaikan sholat subuh kemudian langsung berjalan ke arah puncak, namun waktu itu cuaca begitu kabut sehingga pancaran mentari pagi tidak dapat terlihat untuk diabadikan. Saya kembali ke tenda untuk membuat sarapan dan membuat kopi yang memang sudah saya bekal dari Bandung.

Dalam pendakian ini selain tes tour, saya juga mencoba ransel dengan rangka luar buatan Mahameru. Ini merupakan kali pertama saya memakai ransel dengan rangka di luar, jujur sebelumnya saya merasa khawatir dan kurang pede karena biasanya saya tidak mau menggunakan alat-alat pendakian kecuali sudah saya coba dulu sebelumnya, apalagi dengan rangka luar yang saya tidak memiliki pengalaman. Setelah diskusi dengan Yuan Bennito yang juga saya ajak untuk mencoba ransel tersebut, akhirnya kami putuskan untuk mencoba dengan beban yang sesuai untuk kebutuhan mendaki 2 hari 1 malam. Selama perjalanan, alhamdulilah tidak ada masalah dan saya rasa ranselnya berfungsi dengan baik, kecuali saat melintasi tanjakan yang ekstrim, terkadang ujung rangka bawah suka tersangkut di akar. 


Untuk mengabadikan perjalanan ini, saya dan Bennito mengambil beberapa foto di sekitar puncak. Karena cuaca yang sering berubah jadi kami mengambil foto sesuai kondisi yang ada sebab kami harus segera turun. Kami turun dari puncak sekitar jam 08:30 dengan berjalan santai. Karena waktu turun yang biasanya lebih cepat, selama perjalanan kami menyempatkan beberapa kali istirahat.

Kami beristirahat di Sabana 2 sekitar 30 menit. Kami bersantai sambil menikmati makanan ringan dan bermain kamera untuk mengambil beberapa stok foto dan video. Selanjutnya kami beristirahat di area setelah Sabana 1. Kami beristirahat lebih lama sambil membuat kopi untuk teman bersantai menikmati keindahan alam sekitar. Para pemandu terlihat gusar karena kami terlalu santai, sesekali kami mencandai pemandu agar santai dan tidak terburu-buru untuk turun.

Selanjutnya kami berjalan mengikuti jalur Gancik. Dia jalur ini kami menemui banyak rombongan pendaki, selama berpapasan terlihat mereka begitu sopan dan mudah untuk bergaul, jadi beberapa dari kami tidak sungkan untuk bercanda. 


Kami juga masih sempat istirahat sebatang rokok di batas hutan, disana terdapat pohon yang cukup rindang yang menarik perhatian untuk berteduh terlebih dahulu. Setelah itu kami terus berjalan hingga tiba di Gancik, disana kami dijemput oleh ojeg motor dan diantarkan ke homestay tempat menginap. Setibanya di homestay kami langsung mandi air hangat yang sengaja disediakan oleh pemilik homestay, itu meruakan bagian dari pelayanan yang diberikan oleh homestay kepada pengunjung. Air hangat yang disediakan merupakan air yang dimasak di atas tungku, sebab didaerah sana tidak terdapat air panas alami.
Perkampungan

Gancik

Tapak Bima

Reog

Keju 

Pertapaan

POs pengamatan Merapi

Agro wisata

New Selo
Komposisi pendaki : Asep Rahmat Hidayat, Yuan Bennito, Nurhuda, Indra, Doping dan Saya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar